Selasa, 07 Juli 2009

Pria Menyukai Buah Dada besar (toket gede toge) payudara montok?

Apa sih daya tarik seks itu? Pentingkah, sehingga saya "tertarik" untuk "membahas"-nya disini?

Pertama-tama, mari kita amati "selera" pria Indonesia terhadap wanita. Konon, bagi kebanyakan pria Indonesia, pantat besar adalah dayatarik seks utama wanita. Wanita "bahenol" seringkali menjadi "obyek cuci mata" mereka (atau membuat mereka ’syur’). Tak heran ratu dangdut Elvi Sukaesih (salah satunya) "termashur" karena pantatnya yang alamaakkk (bahenol). Mengikuti jejak Elvi, Inul adalah generasi baru wanita Indonesia yang terkenal karena (goyangan) pantatnya yang "maut".

Bagaimana tidak maut, (goyangan) pantatnya yang kena "cekal" sampai menjadi perdebatan nasional, sampai-sampai kyai (atau politisi) sekelas Gus Dur pun harus "turun tangan" menengahi urusan (goyangan) pantat yang bikin "sendi-sendi" kehidupan masyarakat ikut tergoyang (bagi teman-teman di negeri orang yang jarang pulang kampung, kalau bingung siapakah Inul, coba tanyakan pada keluarga di kampung masing-masing). Pria Menyukai Buah Dada besar (toket gede toge) payudara montok?

Sekarang, mari kita bandingkan selera pria Indonesia dengan pria barat. Konon, dua dayatarik seks utama wanita bagi pria barat adalah tungkai bawah (legs, betis) dan buah dada (yang besar). Cobalah lihat Tina Turner dan Whitney Houson yang termashur sebagai pemilik betis yang indah. Sedangkan di "kategori" buah dada, selain Marilyn Monroe yang dinobatkan sebagai pemilik buah dada indah, adalah Dolly Parton dan Pamela Anderson yang termashur karena buah dada mereka yang besar. Bagaimana dengan pantat, apakah pria barat "tertarik" oleh pantat wanita? Walaupun tidak sebanyak "penggemar" buah dada, untuk pria penggemar pantat, ada Jennifer Lopez (yang berdarah latin) yang berpantat besar (walaupun yang "mengkritisi" pantatnya justru lebih banyak daripada yang "mendemeni"-nya). Pria Menyukai Buah Dada besar (toket gede toge) payudara montok?

Tampaknya, seiring era globalisasi, selera pria Indonesia terhadap wanita pun bergeser. Film-film produk Hollywood dan media hiburan lainnya yang mempromosikan dayatarik seks wanita barat (buah dada) melahirkan generasi baru wanita Indonesia yang terkenal karena buah dadanya, seperti Tamara Blezynski (dengan catatan dia wanita blasteran) yang dianugrahi gelar wanita berbuah dada indah oleh media hiburan.

Bukan hanya terhadap pria Indonesia, rupanya "selera" pria barat pun cukup mempengaruhi "persepsi" segelintir wanita Indonesia yang tinggal Australia atas dayatarik seks diri mereka. Mereka mengalami "krisis jatidiri". Kalau di Indonesia mereka merasa ukuran payudara mereka "normal-normal" saja, setelah hidup disini mereka merasa ukuran buah dada mereka "terlalu" kecil, karena membandingkannya dengan ukuran payudara wanita bule yang pada umumnya memang besar-besar. Sudah dua orang teman wanita yang saya tahu dikabarkan melakukan operasi pembesaran buah dada disini (melalui penanaman silikon). Pria Menyukai Buah Dada besar (toket gede toge) payudara montok?

Belum lama ini saya baru kembali dari Afrika Selatan. Ketika berkunjung ke Kwa-Zulu (tanah Zulu), saya, suami dan dua teman dari UK diberi penjelasan oleh "guide" lokal (seorang english-gentleman) bahwa bagi pria Zulu, buah dada wanita bukanlah dayatarik seks (buah dada hanya "dihargai" fungsinya saja yang untuk menyusui), melainkan pantat yang "maha besar" yang bikin mereka ’syur’. Maka, bagi wanita Zulu, pantat adalah "asset" penting mereka. Sedangkan buah dada mereka biarkan terbuka, sehingga pria dari "dunia luar" seperti suami saya bisa "cuci mata" setiap hari selama kami di sana. Bagaimanakah "westernisasi" terhadap wanita di sana, adakah eksesnya? Ya, ada. Dalam sebuah acara Talk Show di TV lokal ada diskusi mengenai para wanita generasi muda yang sekarang jadi "demam" menguruskan badan agar seperti para wanita model berkulit putih yang sering mereka lihat di iklan-iklan, padahal secara genetik mereka memang sudah bahenol "dari sononya".

Bukan cuma itu, sayapun jadi "trenyuh" melihat para wanita lokal itu berusaha dengan segala cara meluruskan rambut mereka yang keriting kecil-kecil. Mulai dari menggunakan "strong" hairspray, pelurus rambut, sampai menambahkan rambut lurus palsu (rambut sambungan). Dalam beberapa kesempatan, saya dihampiri wanita maupun pria lokal yang mengagumi rambut saya yang lurus panjang hitam berkilau (ehm...padahal kalau di Indonesia ya biasa saja). Mereka hanya ingin memastikan apakah rambut saya asli begini (ya ampun, deh....).

Saya jadi teringat iklan-iklan TV di Indonesia yang membombardir konsumen wanita dengan promosi berbagai kosmetik pemutih, atau iklan shampoo yang selalu menggunakan model berambut lurus. Tampaknya wanita Indonesia sudah didikte oleh produk kapitalisme (barat), sampai-sampai definisi cantik pun ikut standar cantik wanita barat. Walhasil, wajah-wajah Indo (blasteran) pun jadi laris manis di dunia hiburan di Indonesia. Kalau dulu standar wanita cantik adalah kecantikan anggun seperti Ibu Hartini (istri Bung Karno), sekarang standar cantik adalah wanita berwajah Indo berdada besar (dan berfose menantang). Akibatnya, banyak wanita Indonesia yang mengalami krisis kepercayaan diri, jadi merasa tidak cantik.

Krisis kepercayaan diri itu ditambah pula dengan mulai banyaknya suami Indonesia yang mengeluhkan istri mereka yang berdada mungil di rubrik-rubrik seksologi, karena "selera" mereka sudah "termakan" media (barat). Mereka jadi menuntut istri mereka berdada besar seperti Dolly Parton (padahal ketika pacaran juga sudah tahu calon istrinya berdada mungil). Mungkin para suami seperti ini lupa, bahwa badan mereka tidaklah tinggi-tegap-berotot seperti Arnold Schwarzeneger (ketika muda) seperti impian istri mereka (rupanya selera wanita Indonesia terhadap pria pun sudah bergeser pula). Pria Menyukai Buah Dada besar (toket gede toge) payudara montok?

Oh, westernisasi.....