Senin, 24 Agustus 2009

Ketika si ''Kuda Putih'' Layani Tamu: Agar tak Lewat Waktu, ''Timer'' pun Dipasang

Ketika Bali Post menurunkan tulisan PSK (pekerja seks komersial) asing rambah Bali dua minggu lalu, banyak telepon yang masuk. Ada yang menginformasikan tempat-tempat yang selama ini dijadikan home base mereka. Ada pula yang menanyakan nomor HP ''mami''-nya, dengan alasan tamu yang di-handle-nya sangat membutuhkan informasi lanjutan. Sebelum mereka diobok-obok di Bali, ternyata action-nya telah terbongkar di Jakarta. Disebut-sebut, Bali sebagai salah satu daerah yang menjadi transitnya. Dari mana saja mereka, dan di mana saja mereka pernah beroperasi?

JERITAN histeris dua wanita asing, yang menghuni kamar nomor 386 dan 387, menjadikan suasana Hotel Maharadja hiruk-pikuk. Padahal, sehari-harinya hotel yang terletak di Jalan Mampang Prapatan Jakarta Selatan, selalu tenang. Sebab, sehari-hari tamu hotel pun bisa dihitung dengan jari, terbukti hanya beberapa mobil yang diparkir.

Namun, jeritan itu membuat penghuni lainnya berhamburan. Beberapa tamu hotel keluar kamar dan akhirnya diminta masuk kamar lagi, karena kejadian itu merupakan bagian dari aksi penggerebekan Tim Intelpam yang dipimpin Kasat POA (Pengawasan Orang Asing) Ditintelpam Polda Metro Jaya AKBP Drs. Luki Hermawan, M.Si.

Saat digerebek, kedua bule itu yakni Aleksandra Yermakova (22) dan Venera Salakhurdinova (21) yang berasal dari Uzbekistan dalam kodisi telanjang bulat di atas tempat tidur dan nampaknya sedang asyik melayani lelaki hidung belang yang membokingnya. Penggerebekan itu membuat kedua wanita yang berkulit putih ini langsung menangis dan berteriak histeris dengan memakai bahasa Rusia.

Setelah mereka difoto dalam kondisi aslinya, tanpa selembar pakaian di tubuhnya, kemudian disuruh memakai baju. Foto itu jelas bukan untuk tujuan komersial, namun dipakai barang bukti. Selain itu, polisi menyita CD (celana dalam), bra (BH) dan kondom dalam tas yang dibawanya. Polisi juga menangkap Felix yang bertugas sebagai marketing dan pengawas, bahkan dua sopir pengantar kedua wanita asing itu, Pitan serta Alamasyah, pun ditangkap.

Mereka langsung digelandang ke Mapolda Metro Jaya untuk dimintai keterangan. Petugas pun mendatangkan juru bahasa Rusia guna membantu kelancaran proses penyelidikan. Hasilnya, polisi harus mengejar beberapa teman mereka ke sebuah apartemen di kawasan Sunter, Jakarta Pusat.

Dari penggerebekan di apartemen yang dijadikan tempat penampungan itu, polisi hanya menemukan tiga wanita yang juga berasal dari Uzbekistan. Mereka itu, Shapkina Yekaterina (24), Anna Redkorecheva (24) dan Natalya Dubasova (21). Sementara empat wanita asing penjaja cinta lainnya yang berasal dari Polandia, Rusia dan Italia tak ada di apartemen saat penggeledahan terjadi.

Petugas pun memburu bos penyandang dana yang mendatangkan wanita asing itu, Alu Sinaga, Presiden Direktur PT Abadi Kartika Makmur (AKM), yang berkantor di Jalan Sunter Hijau Raya Blok T2 No. 4, Jakarta Utara. Di dalam kantor perusahaan yang bergerak di bidang ekspor-impor ini, juga membuka usaha salon yang dihuni puluhan wanita lokal yang berparas cantik dan berpakaian seronok.

Di dalam salon itu, polisi menemukan dua bendel foto berisi sekitar 33 wanita asing yang berasal dari beberapa negara, juga satu bendel foto wanita lokal, bahkan ada foto model dan pemain sinetron. Disinyalir, salon milik lelaki Cina-Medan ini, hanya dipakai kedok karena menyediakan wanita-wanita penghibur. Alu Sinaga gagal ditangkap, namun karena merasa dikejar-kejar petugas akhirnya Rabu (9/10) malam, dia menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya.

''Kami masih terus mencari ke mana mereka pergi. Tampaknya bakal mengalami kesulitan untuk mencarinya, karena kedatangan mereka ke Indonesia menggunakan visa turis yang berada di Indonesia selama 30 hari. Nah, kalau mereka pergi ke daerah wisata, seperti Bali, kita kan enggak bisa melacaknya,'' ungkap Kasat POA AKBP Luki Hermawan. Kata Luki, wanita asing yang ditawarkan dengan harga beragam mulai Rp 3 juta sampai Rp 5 juta per jam. Mereka datang ke Indonesia secara silih berganti. Artinya, bila mereka sudah sebulan di Indonesia, kemudian dikirim ke negara lain yang membutuhkan. Indonesia dipasok dengan wanita penghibur dari negara lainnya.

''Jadi boleh dikatakan, mereka digilir dari 'barang' lama diganti dengan 'barang' baru. Barang lama dipindah ke negara lain seperti Singapura, Australia, Thailand, Malaysia dan negara lainnya, kemudian Indonesia didatangkan lagi dari negara lain,'' jelas Luki.

Bagaimana mereka masuk ke Indonesia? Kelima wanita muda Uzbekistan itu diterbangkan dari Australia menuju Jakarta. Sebelumnya, enam wanita Cina diterbangkan dari Bangkok menuju Bali, kemudian berangkat ke Jakarta. Atau melalui bandara internasional seperti Batam, kemudian dilanjutkan ke Jakarta. Tujuannya agar tidak ada kecurigaan dari petugas imigrasi.

Setiba di Jakarta, kelima wanita cantik asal negara pecahan Uni Soviet itu dijemput di bandara dengan sandi khusus. Kemudian mereka dibawa ke tempat penampungan di apartemen kawasan Sunter, Jakarta Utara. ''Mereka baru enam hari ada di Jakarta, meski demikian mereka sudah melayani tamu rata-rata sehari tiga orang dengan tarif Rp 3,5 juta per jam,'' ungkap Luki.

Pemasaran kelima wanita Uzbekistan yang dijuluki ''Kuda Putih'' lantaran berkulit putih, lincah, seksi dan cantik-cantik ini, dilakukan secara getok tular atau lewat lelaki hidung belang yang sudah biasa memesan wanita bule. ''Semula Alu Sinaga yang memasarkan ke rekan bisnis dan kenalan lelaki berkantong tebal, namun diserahkan ke Felix yang ditunjuk sebagai marketing sekaligus pengawas lapangan,'' katanya.

Jika mau pesan si ''Kuda Putih'' harus menghubungi Felix melalui HP atau nomor telepon yang ada di salon Jalan Sunter Hijau Raya itu. Felix yang menentukan tarif kemudian mengadakan janji untuk bertemu sekaligus menunjukkan foto-foto wanita yang dibutuhkan.

Setelah dibayar tunai Rp 3,5 juta, Felix langsung menanyakan kamar hotel dan tak lama kemudian si ''kuda putih'' itu pun dikirim dengan cara yang rapi. ''Jika lelaki yang membutuhkan kenikmatan sesaat tak membawa uang cash, Felix pun menyarankan bisa melalui credit card dan ke mana-mana selalu membawa gesekan credit card untuk memudahkan pelayanan,'' katanya.

Dalam menjalankan tugasnya, Felix dikenal sebagai lelaki yang benar-benar menghargai waktu. Dengan kata lain, bila lelaki yang mem-booking melebihi waktu satu jam, tak segan-segan Felix menggedor pintu kamar hotel. ''Bahkan, yang mengherankan lagi, si wanita penghibur itu juga membawa timer untuk ketepatan waktu selama lelaki menyalurkan hasrat birahinya,'' sambung Kasat POA.

Kasatserse Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Pol. Raja Erizman mengatakan Kamis (10/10) kemarin, kelima wanita muda Uzbekistan sudah dikirim ke Kantir Imigrasi untuk diproses keimigrasiannya, karena melanggar Undang-undang No.9 tentang Keimigrasian. Mereka akan dideportasi ke negaranya karena melanggar visa dengan cara bekerja serta mencari uang di Indonesia.

Sementara Alu Sinaga dan Felix dijadikan tersangka karena melanggar pasal 296 dan 506 KUHP dan mereka berdua langsung ditahan. ''Alu Sinaga selama ini mempekerjakan orang-orang asing yang berasal dari beberapa negara seperti Rusia, Italia, Taiwan, Spanyol, Polandia, Uzbekistan, Cina dan Jerman. Dia juga diketahui yang membawa wanita-wanita tersebut kepada pria hidung belang di sejumlah hotel,'' kata Raja Erizman.

Kini Serse Polda Metro Jaya masih mengejar Yetty Ong yang diketahui sebagai ''mami asuh'' para wanita penghibur asal luar negeri itu. ''Sindikat perdagangan seks wanita asing ini mengeruk keuntungan yang luar biasa. Bayangkan dari tarif Rp 3,5 juta per jam, para wanita bule itu hanya mendapat bagian 20-25 persen, mengingat tiket pesawat, makan, tidur ditanggung mami asuhnya,'' sambungnya.